Pemeran Utama:
- Krystal F(x)
- Jinyoung B1A4
- Wooyoung 2PM
*maaf mimin gak ngurusin peran pembantu>,<"
Ceritanya check this out!Ssstt.. jangan jadi visitor yang silent ya:) keep comment oke!U,U
Goodbye Oppa
“OPPA!” ucapku setengah berteriak kepada laki- laki di depan pintu kelasku. “YA! Krystal-ah!(Hai!Krystal)” balasnya sambil tersenyum manis ke arahku. “Kenapa Oppa tak memberitahuku akan pulang ke Korea? Waeyo?(kenapa?) secepat ini? Aku bahkan belum menyiapkan welcome party untukmu!” kataku dengan nada kecewa. “Mianhae Krystal-ah (Maaf kan aku Krystal), aku hanya tidak mau merepotkanmu” balasnya tetap tersenyum kepadaku.
Senyuman itu akhirnya muncul juga secara nyata di depan mataku. Bagiku senyuman itu terasa terlalu manis untuk dilihat . Karena itulah yang aku tunggu selama ini. Bertahun- tahun ditinggal olehnya membuatku rindu dengan wajahnya terutama senyumannya yang membuatku melting. Duh!Aku mikir apa sih!YA!Krystal-ah lupakanlah dia, dia itu sekarang bukan milikmu lagi! kataku dalam hati sambil mengetuk kepalaku pelan.
“Krystal-ah, Gwencanha?(Krystal, kau baik- baik saja, kan?)” suara Jinyoung Oppa menyadarkan lamunanku. “Gwencanhayo,Oppa..(Aku baik- baik saja, Kak)” jawabku cepat takut ia curiga. “Sudah dulu ya Oppa! Aku harus menemui seseorang di kelas seni rupa hari ini, bye!” kataku setengah berlari meninggalkannya. Oppa Jinyoung pun hanya melongo ditinggal pergi oleh ku. Dia bahkan tidak menjawab lambaian tanganku.
“Krys, Kau tidak makan?” suara Young Won mengagetkanku. “Aniyo..(tidak) aku sedang tidak lapar, kok!” jawabku pelan tanpa melihat wajahnya. “Tapi nanti kau sakit” jawabnya sambil mengarahkan sesuap nasi dan beef ke mulutku. “Gomawo (Terima kasih).Tapi aku benar- benar tidak lapar” kataku pelan sambil memandang wajahnya. “Kalau kau tidak makan, aku akan melemparmu ke kolam ikan di dekat kantin ini!” kata Young Won sambil menunjuk kolam ikan yang dimaksud. “Nongdamhajima (jangan bercanda)!” kataku tertawa pelan ke arahnya. “Ani..(tidak) aku sedang tidak bercanda!” protesnya di sela- sela tawaku. “Ok, buktikan itu!” kataku menantang omongannya. “Siapa takut!” jawabnya sambil meraih tanganku menuju kolam.
“Kau ini? Benar- benar serius?” protesku ketika ia menarik tanganku menuju kolam ikan. “Ne..(iya) Jinjayo (aku serius)” jawabnya dengan tampang tidak berdosa. “Kau bercanda, kan? Coba saja lempar aku ke kolam itu” kataku seraya menunjuk kolam ikan yang berada tepat di depanku. “Ok!” Young Won pun dengan sigap meraih tubuhku dan menggendongku. “Young Won-ssi! Ige mwoya(apa- apaan ini)?!” ucapku sambil memukulnya pelan. “Tinggal kau pilih mau makan atau ku ceburkan ke kolam?” katanya sambil terus menatap mataku. “Arasseo (aku paham)!Turunkan ak..” belum sempat melanjutkan kalimatku. Tiba- tiba aku melihat Jinyoung Oppa sedang berdiri di seberang jalan dekat kanton menuju perpustakaan kampus.
“Oppa..” kataku hati-hati
Young Won pun segera melepaskanku. Jinyoung Oppa hanya menatapku dan Young Won dingin. Entah apa maksud tatapannya itu.
Sejenak aku melepaskan pandanganku dari Jinyoung Oppa dan beralih ke arah Young Won. “Aku hanya ingin membuatmu tersenyum, Krystal-ah, gomawo selama ini kau telah membuat hidupku berwarna” suara lembutnya terdengar jelas. Aku hanya diam dan memikirkan Jinyoung Oppa. Kemana perginya dia? Tadi dia di sana.
“Krystal-ah..” suara Young Won terdengar lagi seolah menunggu jawaban yang sama dariku. “Cheon Young Won(Sama-sama, Young Won), jeongmal saranghaeyo..(aku sangat mencintaimu)” kataku sambil menatap matanya. “Kurasa aku harus pergi ke kelas lagi, bye!” kataku memutus pembicaraan. “Ne.. (ya) hati-hati ya, jangan melirik namja (laki- laki) lain!” kata Young Won sambil memasang wajah cutenya. “OK!” kataku sambil tersenyum ke arahnya seolah- olah menirukan adegan drama “Dream High” dimana IU itu adalah aku yang sedang tersenyum sambil mengatakan OK kepada Wooyoung yang diperankan oleh Young Won.
Matahari mulai redup memancarkan sinarnya. Itu tandanya sudah sore ku putuskan untuk berhenti mengerjakan sketsa yang ku buat dari semalam. Yah, sebetulnya kegiatan itu hanya untuk selingan jika ada waktu luang, tapi rasanya hari ini aku malas sekali menggambar. Tak biasanya aku begini. Biasanya aku semangat sekali, tapi sejak kejadian tadi siang di kantin, membuatku cemas dengan keadaan Jinyoung Oppa.
“Apakah ia cemburu?” kataku pelan. “Aish…(Sial!) Babo Krystal-ah! (Kau bodoh, Krystal). Jelas- jelas dia sudah punya tunangan idamannya, Jung Gan Ah, anak kelas seni rupa itu” kataku seraya membayangkan wajah “musuh” yang menyebalkan itu.Tiba- tiba ponselku bergetar. Buru- buru ku lihat layar ponselku. Ternyata ada sms.
Pikiranku pun semakin kalang kabut dan saat itu juga aku berpikir akan pingsan setelah melihat isi sms ini. Ditambah lagi lagu yang ku putar adalah lagu SNSD- Complete yang mellow alias “galau”, yang tentu saja sukses membuat suasana hatiku makin kacau bercampur khawatir. Apakah Oppa akan marah padaku? Aduh bagaimana ini?
Sejumlah pertanyaan negative menyelimuti pikiranku. Tapi, entah kenapa aku mengikuti permintaan Jinyoung Oppa, untuk bertemu di Namsan Tower.
“Kau sudah datang? Cepat sekali?” kata Jinyoung Oppa dingin, saat itu ia benar- benar mirip seperti robot, ehm setidaknya itu menurutku. “Ne(ya)” balasku lebih dingin bahkan tidak menatap matanya. Sekarang pandanganku tertuju pada pemandangan kota Seoul yang indah di bawah sinar matahari senja. “Kau sudah makan?” Tanya Jinyoung Oppa padaku.
Rupanya ia masih memperhatikanku, tapi hanya saja suara dan tingkahnya masih dingin, seolah- olah ia berbicara pada hewan peliharaannya, kura- kuranya. “Sudah, tadi aku makan siang di kantin kampus bersama Young Won, bukankah Oppa melihatnya?” kataku spontan sambil menggigit bibir keringku karena menyesal mengucapkannya dan berhasil membuat Jinyoung Oppa membelalakkan mata sipitnya.
Yah, mungkin ia akan berpikir bahwa aku adalah orang teraneh yang mengatakan hal ini secara blak- blakan, padahal ucapanku tadi merugikan diriku sendiri. Aku pun bersumpah untuk mengutuk ucapanku tadi. “Ya, aku tadi melihatnya. Makanya aku ke sini untuk membicarakan hal itu” jawabnya dengan tegas dan berhasil membuat mataku terbelalak panik. Mungkin ia membalas dendam atas ucapanku yang tadi. “Jinja?(benarkah?)” kataku setengah panik tetapi tetap berusaha dingin, seolah- olah aku tidak tau apa- apa.
Sesaat kembali hening…
“Krystal- ah..” suara Jinyoung Oppa terdengar parau. Sontak aku pun segera menengok ke arahnya. “Bisakah kau jangan tinggalkan aku? Aku tau aku egois, kau sudah bersama Young Won, tapi tolonglah kembali padaku, Jeongmal saranghamnida (aku sangat mencintaimu), bahkan aku telah memutuskan pertunanganku dengan Gan-ah” katanya sambil menahan isak air matanya. “Maaf, Aku tidak bisa” ucapku lirih dan langsung menatap matanya dalam- dalam. Di situ terlihat kembali kenangan- kenangan masa laluku bersama Jinyoung Oppa. Seolah- olah aku sedang menonton film di bioskop, dan film itu sedang menampilkan saat- saat kami main ayunan bersama di taman rumahnya, saat kami main kejar- kejaran, bahkan saat melihat Jinyoung Oppa sedang memasang cincin pertunangannya pada Jung Gan ah, calon istrinya.
Memori itu pun kembali muncul secara perlahan tetapi di ulang- ulang . Itu membuatku pusing dan membuat pandanganku berkunang- kunang. Entah apa yang terjadi saat itu, tetapi yang satu hal yang ku lihat saat itu. Gelap.
“Unnie (kakak), gwencanhayo (Kau baik- baik saja)?” suara Ga in-ah, adik Young Won, terdengar jelas di telingaku. “Kau baru saja siuman, dokter bilang kondisi psikismu sedang kacau, aku pikir kau akan koma selama berhari- hari, seperti yang terjadi 3 tahun lalu” suara yang lain menyahut, tetapi itu tidak asing bagiku. “Jinyoung Oppa?” tanyaku masih setengah tak sadar. “Jinyoung? Nugu(siapa)? Aku Young Won, jangan- jangan kau terkena amnesia ya?” kata Young Won sambil memegang dahiku. “Ahhh… sekarang pandanganku lebih jelas, mian (maaf) Young Won, tadi aku masih belum sepenuhnya sadar” kataku masih agak pusing.
“Jinyoung, Nuguya(Jinyoung itu siapa)?” tanya Young Won spontan.
“Tidak, dia bukan siapa- siapa, lupakan saja” jawabku sambil menatap sebuah meja di dekat kasur tempatku berbaring. “Mawar merah? Thanks Young Won-ssi, kau ternyata tau bunga kesukaanku” kataku seraya memeluknya. “Bukan aku yang mengirim bunga ini, dari pertama aku datang ke sini mawar ini sudah ada.Ku kira kau tau.” jawab Young Won sambil memandang buklet mawar merah itu. “Eh, ku kira kau yang mengirimnya.” jawabku kecewa dan melepaskan pelukanku.
“Kakak, aku dan Young Won Oppa pulang dulu ya, istirahat yang baik di rumah sakit ini” kata Ga in seraya tersenyum. “Jaga kesehatanmu baik- baik” tambah Young Won. “Ya” jawabku singkat.
***
“Benarkah, kau sekarang dimana? Ok aku akan segera ke sana!” ucap Bibi Hira, tepatnya bibiku. “Kenapa Bibi? Kok terlihat cemas?” tanyaku penasaran. “Jinyoung, teman kecilmu itu baru saja mengalami kecelakaan mobil di daerah Kangnam” jawab Bibi Hira cepat sambil meraih tasnya. Mungkin Bibi sebentar lagi akan ke Rumah sakit. “Benarkah? Aku ikut!” mohonku spontan kepada Bibi Hira. “Tidak usah, lagipula kau masih belum pulih betul, kan?” tolak Bibi Hira halus. “Tidak, aku sudah merasa sehat kok, Bi! Aku ikut ya?” kataku setengah memohon kepadanya. “Baiklah, kau boleh ikut, tapi jangan sampai kau pingsan ok!” jawab Bibi Hira menerima permohonanku.
Kami pun sampai di Rumah Sakit Won Hee. Dengan langkah cepat, bibi dan aku langsung bertanya kepada suster yang sudah menyambut dengan senyuman manis. “Annyeong Haseyo(Selamat Malam), ada yang bisa saya bantu?” tanyanya masih sembari tersenyum. “Ne(ya), dimanakah ruang pasien yang bernama Kang Jinyoung?” tanya Bibi Hira cepat. “Ah, Park Jinyoung yang baru saja mengalami kecelakaan mobil di daerah Kangnam? Ia ada di ruang 25” jawab suster itu lembut. “Gamsahamnida(terima kasih)” jawabku seraya tersenyum dan membalikkan badanku menuju ruang Jinyoung Oppa.
“Saat ini keadaan Kang Jinyoung, benar- benar parah. Ia kehilangan banyak darah. Mengingat tentang stok darah di rumah sakit ini juga sudah menipis, kalaupun ia dapat donor, kemungkinan ia bisa selamat hanya 20 persen” terang dokter Yeon. Tentu saja penjelasan- penjelasan itu membuatku sangat merasa bersalah, bagaimana tidak? 2 hari yang lalu saat di Namsan Tower, aku menolak permintaannya tentang kembali merajut hubungan denganku. Lalu bagaimana dengan Young Won? Apakah aku harus meninggalkannya? Tentu saja jawabannya tidak.
“Dok, tolonglah anakku, dia baru saja mau bertunangan dengan calonnya, apakah kau tega menghilangkan nyawanya?” kata Jinyoung Omma(Ibu Jinyoung). Aku pun bertanya tanya bukankah Jinyoung sudah memutuskan hubungannya dengan anak ingusan itu. “Omma.. maaf kalau aku lancang, tapi 2 hari yang lalu Oppa sendiri bilang sudah memutuskan pertunangannya dengan Kak Jung Gan” kataku seraya memperhatikan raut wajahnya. Ku perkirakan sebentar lagi beliau akan pingsan. Dan ternyata benar ia langsung pingsan di depanku. “Omma sadarlah!Suster!Bisakah kau bawa ibu ini ke ruang perawatan?terima kasih” ucapku seraya tersenyum kepada suster itu.
Aku pun dengan segera memutuskan untuk mendonorkan darahku untuk Jinyoung Oppa, tapi…
“Maaf, apakah anda masih berkeluarga dengan Park Jinyoung? Baru saja 1 menit lalu, Park Jinyoung mengalami kejang- kejang dan... sekarang ia telah meninggal dunia” jelas dokter itu dengan raut muka kecewa. “Mwo (apa?), tidak mungkin! Oppa tidak akan meninggalkan aku secepat itu.. OPPAAAAA..” teriakku tak tertahan.
Taburan bunga mawar dan melati hanya bisa ku pandang hening, aku tidak bisa menangis lagi, karena air mataku yang keluar kelewat batas sudah habis. Ku pandangi langit, ada pelangi. “Kau jangan bersedih, masih ada aku disini, kuatkanlah hatimu” kata Young Won seraya menepuk pundakku berusaha menenangkanku.
“Ya,terima kasih” jawabku tetap memandangi gundukan tanah bertaburan bunga itu. “Oppa, meskipun kau telah pergi dari kehidupan ini, tapi kau tidak akan pergi dari hatiku, kan? Ku rasa begitu. Jaga dirimu baik- baik disana. Selamat jalan..” gumamku pelan. Dan sekarang aku tau siapa jodoh yang diberikan oleh tuhan untukku sebenarnya. Young Won.
Diary Of Jinyoung:
TAMAT
Comment ya chingu!:)